Thursday 19 December 2013

Pengalaman awal memulai Bisnis dengan Modal NOL


“What a wonderful day!”

Yes, every day is a new day, new hope, new opportunity, new energy, and new motivation.
Mudah-mudahan agan selalu merasakan “what a wonderful day” disetiap hari.

Saya tergerak untuk membuat thread ini karena melihat beberapa teman saya yang kerjanya sudah cukup ‘mapan’ (di perusahaan besar, bonafit, gaji tinggi, dan status social yang tinggi) eh ternyata kok mereka ‘ngebet banget’ jadi pengusaha.

“bro, ajarin gw jadi pengusaha donk”
“bro, gw ada ide untuk bikin usaha ininih, menurut pendapat lo gimana?”

Saya dengan senang hati berbagi pengalaman kepada mereka, dan sekarang, kepada agan-agan.

Mungkin kita sedikit flashback kemasa kuliah dulu, masa-masa idealis, masa-masa bandel dan tidak terlalu memikirkan masa depan, masa-masa kita merasa bebas dan benar-benar bisa memperjuangkan untuk menjadi diri sendiri. Ah, kini pun saya jadi rindu masa itu.


Masa Kuliah


Saya memulai ‘petualangan’ bisnis saya di semester 2, kebetulan saya masuk di jurusan manajemen FEUI. Jiwa saya tergolak melihat banyak calon mahasiswa baru akan mengunjungi Bedah Kampus UI. saya memulainya dengan sangat sederhana, saya hari itu langsung ke ‘barel’, cari tukang buat pin. Setelah survey 3 tempat, akhirnya saya dapet tempat yang paling murah. 1 pin costnya sktr 500-1000. 

Esoknya saya kerumah teman yg jago desain, minta ia mendesain untuk saya, costnya? Dia sudah cukup senang dengan makan gratis dan ongkos Rp 50.000. Saya pun produksi 100 buah dulu dan saya jual diharga 5000/pin. Waktu itu saya yakin akan tetep laku karena target pasar saya adalah anak2 SMA yang haus identitas, apalagi ada momen bedah kampus. Benar saja, Alhamdulillah pin saya laku keras.

Petualangan berlanjut, saya mulai berani untuk yang sedikit lebih ‘tinggi’. Saya produksi kaos. Kekuatan utamanya adalah desain yang unik dan rumit. Banyak konveksi yang tidak sanggup produksi karena kerumitannya. Akhirnya saya dapet konveksi di bandung. Apa saya keluar modal di awal? No, saya hanya jual desain. 

Tapi kalau cuma saya sendiri yang jalan seperti jualan pin yang lalu, apa bisa 
menghasilkan sesuatu yang BIG?. Saya akhirnya mengumpulkan perwakilan 2 teman saya di setiap fakultas dan membuat sistem keagenan semi MLM. In the end, hampir disetiap tempat umum di UI, insyaAllah ada minimal 1 orang yang pakai kaos produksi saya.

Semester 5 saya buka dengan percakapan:

“Pinjem uang 3 juta boleh ga pa?”

Yup, saya pinjam uang 3 juta ke ayah untuk modal membeli franchise “Tela Krezz” yang waktu itu sempat booming. Di gerobak franchise pertama yang berharga 6jt, saya join dengan salah seorang sahabat, saya 3jt dia 3jt. Semua berjalan lancar, dalam waktu kurang dari 7 bulan gerobak saya sudah ‘beranak’ jadi 4. Tapi bisnis memang tidak selalu mulus, dalam waktu 2 tahun selanjutnya, gerobak saya habis.


Real process - after college


2010, Pasca lulus skripsi, ayah bertanya:

“mau kerja dimana nanti?”

“ngga mau kerja ah, bisnis aja” jawab saya sekenanya.

“HAH? Kamu ini gimana sih? Udah susah-susah masuk UI kok malah ngga mau kerja! Cari dulu pengalaman!”

Singkat cerita, saya pun ‘nego’ dengan ayah, kalau dalam 2 tahun saya tidak bisa menghidupi diri sendiri, saya baru akan cari kerja.

Lalu, bisnis apa yang akan saya buat? Saya tidak punya modal, mau pinjam ayah kemungkinan besar tidak akan diberi karena dia lebih suka saya kerja.
Beberapa pertanyaan penting berputar dikepala:

“Skill saya apa?”

“Passion saya apa?”

“Teman-teman saya siapa saja?”

Akhirnya saya coba runut, saya lulusan manajemen, konsentrasi marketing, dan saya merasa cukup ahli dan kreatif dalam membuat strategi. Secara teori saya pun sudah menyerap cukup banyak ilmu. Saya jago negosiasi, saya bisa cepat akrab dan mengenal kepribadian orang, dan saya orang yang cepat belajar.

Apa passion saya? I love teaching. Saya sangat senang ketika melihat orang lain “mendapat pencerahan” “paham” dan “termotivasi” dengan apa yang saya sampaikan. Saya senang membuat orang lain lebih baik.

Lalu? Siapa orang-orang disekitar saya? Teman saya adalah anak-anak UI, kebanyakan anak ekonomi yang punya keahlian mirip dengan saya tapi dengan konsentrasi yang berbeda.

Kebetulan saat itu saya mendapat undangan test dari salah satu perusahaan konsultan bisnis asal Amerika yang terbesar di Indonesia.
Itu membuat saya berpikir, daripada saya bekerja keras menjadi konsultan bisnis yang ujungnya adalah membesarkan perusahaan asing, apa tidak lebih seru kalau saya sendiri membuat konsultan bisnis?

Saya sangat exited dengan ‘ide’ yang masih kasar itu. Saya pun mengasah ide tersebut agar lebih membumi. Saya akan membuat konsultan bisnis untuk usaha skala mikro, kecil, dan menengah. Di awal, saya akan konsen di skala mikro dan kecil. Alasannya?

1. Mereka tidak punya konsultan. Rata-rata konsultan hanya menyasar perusahaan menengah dan besar

2. Saya belum punya pengalaman, jadi saya harus start dari usaha yang business process-nya lebih simple dan tidak kompleks.

3. Mereka jauh lebih terjangkau dengan upaya marketing saya saat ini daripada perusahaan skala menengah dan besar.

Saya ajak teman saya untuk join, saya konsentrasi marketing, dia konsentrasi finance. Di hari pertama, saya buat logo dan iklan di KASKUS. 
Yup, first promotion strategy saya adalah KASKUS.

Tidak sampai seminggu, ada 2 orang yang merespon. Salah seorang dari mereka adalah merk clothing yang saat ini sudah cukup terkenal di Jakarta dan dikalangan pecinta music. I will share about their case in another blog.




Well, 3 tahun berlalu dengan cukup cepat.

Saya Alhamdulillah baik-baik saja. 

Beragam pengalaman ‘Gila’ sudah saya dapatkan di dunia konsultan bisnis. Dari mulai hampir tertipu dana 100M untuk project kapal tanker, membantu membangun perusahaan klien dari NOL hingga kini omzet ratusan juta/month, karyawan terbaik yang datang, pergi, hingga ‘insyaf’ dan datang lagi, merasakan zero deal hingga kini bisa dealing dengan perusahaan multinasional.

Alhamdulillah sudah banyak case dari beragam bidang usaha dari mulai property, pendidikan, jasa, manufaktur, online based business, logistic, fashion, otomotif, food & beverage, etc.

2 tahun lalu saya sempat terpikir untuk quit from this situation. Saat itu saya sudah ditinggal cukup banyak karyawan, puncaknya karyawan terbaik pun ‘dibajak’ oleh klien. Tapi Alhamdulillah kini saya bisa ‘menganakkan’ perusahaan hingga 6 company.



Well, inti dari sharing ini ada beberapa poin, kalau agan ingin memulai bisnis:

1. Mulailah melatih mental untuk ‘gagal’, kegagalan itu sangat diperlukan.

2. 3 poin penting dalam mendapatkan ide bisnis: Passion, Skill, dan Networking

3. Bangunlah sistem bisnis, atau agan akan terjebak dan tidak bisa berkembang

4. Masa kritis membangun bisnis rata-rata 2 tahun, lewat itu biasanya bisnis sudah bisa dikatakan stabil. Maka jangan heran kalau bank biasanya mensyaratkan bisnis harus sudah berjalan 2 tahun baru lebih mudah mendapat kredit.

5. Be creative, kalau agan merasa tidak creative, hire a creative man.

6. Jangan terlalu takut sama resiko, tapi jangan sampai tidak memikirkan resiko

7. Just do it.

source: http://goo.gl/mQG1Ob

Bagaimana Karyawan Membangun Bisnis Kecil Menjadi Raksasa



What a Wonderful Day!

Ah.. beberapa hari ini hujan mulai terus menemani aktifitas kita, khususnya diwaktu siang hingga malam hari.

Tapi hujan ini membawa saya teringat perbincangan seru dengan salah satu klien disebuah café dibilangan Jakarta selatan.

Dia adalah salah seorang direktur di sebuah perusahaan swasta yang ngebet ingin bisnis. 


Apa bisnis saya bisa berkembang kalau saya masih bekerja seperti ini?


Well, Banyak pengusaha yang memberi nasehat untuk focus dalam mengembangkan bisnis. Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis akan sulit berkembang bila pemiliknya masih berstatus karyawan.


Bisa Bro! bisnis masih bisa berkembang walaupun ente masih sibuk kerja. Tapi, kalau ente ingin berkembang lebih cepat, lebih besar, dan lebih menggurita, ya harus bersiap focus disini!

Seorang karyawan bisa mulai merintis dan mengembangkan bisnisnya hingga pada titik tertentu, ketika penghasilan dari bisnis sudah menjanjikan dan relatif stabil, karyawan tersebut bisa resign dan focus membuat perusahaannya jauh lebih cepat berkembang.


Setidaknya ada beberapa langkah bagaimana memulai, mengembangkan, dan menyiapkan bisnis agar kita bisa ‘pindah’ lebih mulus dari dunia kerja ke dunia entrepreneur:


1. Pilih bisnis berdasarkan kebutuhan yang ditemukan dari lingkungan sekitar.

Poin dasar dari perkembangan suatu bisnis adalah jenis bisnis itu sendiri. Di thread sebelumnya saya lebih menekankan untuk membuat bisnis berdasarkan minat dan bakat, tetapi khusus untuk karyawan, ada tambahan poin penting: bisnislah sesuai kebutuhan yang terlihat didepan mata.

Contoh: dikantor agan sangat banyak kolega dan atasan yang rutin keluar kota, agan sangat bisa buka travel agen penjualan tiket dan reservasi hotel. Tinggal beli franchisenya, agan sudah bisa cetak tiket sendiri. Konsumen sudah jelas, rutin pula.

Contoh lain: dikantor agan sangat banyak pasangan muda, agan sangat bisa buka toko perlengkapan bayi. Margin lumayan, pembeli awal sudah ada dan relatif rutin.

Contoh lain: perlengkapan IT kantor sudah banyak yang tua dan tidak termaintenance dengan baik. Agan sangat bisa buka bisnis computer dan maintenance.


2. Mulai pemasaran dari orang terdekat

Salah satu keuntungan agan memulai bisnis saat masih bekerja adalah LINK yang relatif lebih bagus karena agan dikelilingi oleh target pasar potensial yang punya Daya Beli. Agan juga bisa akses informasi-informasi penting perusahaan yang bisa agan jadikan potensi bisnis.

Tapi, saat memulai suatu bisnis dan menawarkannya ke orang-orang terdekat, pastikan agan Terlihat SERIUS, tidak terlihat main-main dan hanya coba-coba karena itu akan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap agan. Pastikan produk/jasa agan berkualitas.

Mulailah dengan menawarkan langsung, lewat media social, atau brosur. Setelah teman terdekat sudah ‘tergarap’, bergeser ke channel lain seperti: koperasi karyawan, kantin, koperasi kantor sebelah, promo ke semua friend di semua media social,dll. Harusnya, dengan konsumen orang-orang di sekeliling agan, bisnis bisa mulai berkembang dan menutup biaya operasional awal.


3. Cari karyawan, cari partner

Ketika agan sudah dapet pasar awal dan bisnis mulai sedikit berjalan, carilah karyawan. Tujuan utama mengangkat seorang karyawan adalah agar operasional teknis bisnis bisa dihandle sehingga agan lebih berpikir untuk mengembangkan pasar. 

Karyawan awal yg biasa di hire adalah seorang admin. Admin ini bisa melayani pesanan konsumen, menjawab pertanyaan konsumen, menyiapkan dan mengemas barang, menjaga toko, mencatat transaksi harian, menjalankan marketing online, dll. 

Terus gajinya gimana gan??

Jangan berpikir kalau karyawan adalah beban, justru mindset-nya harus dibalik, ketika agan angkat seorang karyawan, harusnya penjualan akan meningkat karena sekarang ada orang yg lebih fokus untuk ngurus teknis bisnis agan dan agan bisa fokus ngembangin pasar.

Lalu untuk beberapa jenis usaha seperti jasa, agrobisnis, atau semua usaha yang membutuhkan skill tinggi, carilah seorang partner untuk ikut mengembangkan bisnis yang agan jalani. Contoh, agan buka usaha training bahasa inggris untuk karyawan. Sebaiknya agan cari partner yang terpercaya yang bisa menjalankan bisnis agan dengan baik. Partner beda dengan karyawan. Partner tidak digaji tetap, tetapi ia mendapat bagian saham. 


4. Jangan Takut untuk Investasi

Seiring dengan berkembangnya bisnis, atau bahkan saat bisnis yang baru agan mulai kok terlihat sangat lambat perkembangannya? Mungkin sudah saatnya agan perlu “Investasi” tambahan. Investasi yang saya maksud adalah sejumlah dana yang dikeluarkan untuk mengembangkan bisnis.

Mengangkat karyawan baru adalah investasi, membuat website adalah investasi, mengikuti berbagai training dan seminar adalah investasi, menyewa kios atau kantor adalah investasi, atau bahkan membayar seorang konsultan pun adalah investasi.

Jangan takut untuk mengeluarkan dana lebih ketika itu memang diperlukan, karena kalau agan tidak mau ‘berkorban’ lebih, perkembangan bisnis pun akan terhambat.


5. Buat standarisasi

Karyawan sudah ada, kios/kantor sudah ada, pasar sudah mulai terbentuk, perkembangan sudah mulai terlihat, nah inilah saatnya agan membuat standarisasi agar semua kualitas produk, kualitas pelayanan, dan proses bisnis secara keseluruhan bisa dikontrol dengan baik.

source: http://goo.gl/lfDbQW

Membuat Bisnis Berjalan Baik meskipun Tanpa Kehadiran Owner



What a wonderful day!

Banyak orang berpikir jadi pengusaha enak dan santai. Enak sih insyaAllah iya, tp kalau santai?

Pengusaha bisa santai itu harus melewati 3 Fase:

1. Dia bingung apa saja yang harus dilakukan, masih banyak belajar, dan masih benar2 start up. Disini dia belum terlihat sibuk. Peran owner di fase ini adalah sebagai marketing, sebagai tenaga produksi, sebagai keuangan, juga sebagai HRD

2. Dia menjadi sangat sibuk ketika sudah tahu apa saja yg harus dilakukan, sudah paham betul alur bisnis yg dia jalankan. Peran owner di fase ini lebih banyak sebagai marketing, keuangan, dan HRD.

3. Dia akhirnya membangun sistem marketing, produksi, HRD dan berbagai standarisasi lain agar bisnisnya bisa auto pilot, bisnisnya berjalan baik meski tanpa kehadirannya. Peran owner di fase ini lebih banyak sebagai ‘real owner’ yang berpikir pengembangan bisnis tanpa dipusingkan oleh kegiatan operasional rutin bisnisnya.


Pertanyaannya, agan ada di fase berapa?


Mungkin kita bisa mulai dari bagaimana bisa melewati fase 1, dari belum terlalu sibuk karena belum paham betul alur bisnisnya, akhirnya menjadi sibuk karena bisnisnya mulai berkembang.



Fase 1 - Fase 2



Kunci fase 1 ke fase 2 biasanya cuma 1:


“Marketing”


Alur bisnis bisa terlihat dan diuji hanya bila perusahaan sudah berjalan dengan cukup banyak konsumen atau klien. Didunia start up, hal yg pertama yg harus ditaklukkan adalah “PASAR”.


Bagaimana cara supaya produk kita bisa diterima pasar. Disinilah strategi pemasaran bermain. Klien saya pribadi cukup banyak yg mengalami fase ini. Bagi yg tidak kuat, biasanya bisnisnya collapse.


Beberapa hal yang biasanya saya sarankan adalah:


1. Kenali dan cocokkan konsumen dan produk agan. Caranya? Riset (tenang, dlm praktek tdk seberat istilahnya). Coba tanya calon konsumen agan, maunya mereka apa, harganya gimana, sukanya apa, dll. selain itu, lihat juga bagaimana competitor bisa bertahan dan meraih pasar, apa saja strategi mereka? Keunggulannya apa saja?

2. Kalau sudah kenal, ya buat rencana pemasaran berlapis. Lakukan apa yang dibutuhkan untuk meraih pasar. Jangan takut untuk mengeluarkan biaya lebih (untuk iklan misalnya). Kalau 1 strategi tidak berhasil, ya lakukan strategi cadangan. Begitu seterusnya.



Nah, yang seru dan banyak tantangannya adalah bagaimana agan yang sudah nyaman di fase2 bisa ‘naik kelas’ ke fase 3. Setahun terakhir ini saya banyak mendapat klien dengan kasus seperti ini:

“omset bisnis saya bagus, tapi saya ngga bisa keluar toko untuk sekedar santai atau bahkan makan siang!”

“karyawan saya sudah puluhan, tapi kok kalau saya tidak ada semuanya jadi berantakan??”

“saya sudah coba percayakan kepada beberapa karyawan untuk mengatur bisnis saya, tapi kok saya jadi takut yah? Bagaimana kalau mereka menipu atau mengambil konsumen saya?”

“kok bisnis saya segini2 saja ya? Saya ingin buka cabang lebih banyak, tapi ngatur 1-3 saja sudah pusing dan bikin tidur ngga nyenyak!”

Well, ini real case. Banyak UKM yang bisnisnya tersendat karena tidak bisa ‘move on’ ke fase 3.



Fase 2 - Fase 3



Beberapa langkah untuk membuat sistem dan standarisasi adalah:


1. Buat struktur organisasi. Terlihat sepele? Yup sepele kalau struktur hanya sebuah gambar. struktur bukan cuma gambar asal kotak dan garis. Tapi disana tertuang kerangka bagaimana perusahaan harusnya berjalan. Siapa bertanggung jawab apa, menanggung siapa, dan harus melapor ke siapa. Ada alur instruksi, informasi, dan tanggung jawab dari atas kebawah ataupun sebaliknya. Dari struktur bisa dilihat kepada siapa agan harus ‘marah’ bila terjadi kesalahan, karyawan pun tidak bisa saling menyalahkan.

2. Isilah setiap kolom di struktur tersebut dengan orang-orang kompeten dan terpercaya. Kalau kurang orang bagaimana? Ya hire/rekrut! Ini persyaratan mutlak untuk sebuah sistem.

Justru disinilah kuncinya, kalau agan berhasil dapet orang yang tepat, insyaAllah proses transisi sistem menjadi lebih cepat dan smooth. Agan ngga perlu dapet yang sudah jago atau sangat berpengalaman, gajinya otomatis akan tinggi, agan hanya perlu dapet yang potensial. Kombinasi antara usia tua dan muda juga bisa menjadi pilihan.

3. Rincilah job description (rincian tugas dan tanggung jawab) dan job specification (criteria yang diperlukan untuk sebuah jabatan) untuk setiap jabatan didalam struktur organisasi.

Terlihat klise? Believe me it works!. 1 kasus yang pernah saya alami adalah saat membuatkan sistem untuk sebuah salah satu perusahaan ritel kamera besar di Jakarta. Sebelum ada struktur, job des, dan job spec, operasional terlihat amburadul dan sering terjadi lempar tanggung jawab. Kinerja karyawan tidak efektif karena lebih banyak menunggu instruksi dan tidak tahu apa yg harus dia lakukan.

Apa yang terjadi ketika masing2 orang telah dibuatkan job desc yang rinci? Owner akhirnya melihat ketidakefisienan kerja yg terjadi selama ini. Para karyawan sebelumnya merasa jumlah tim mereka kurang dan perlu ditambah, tetapi setelah sistem berjalan, semua menjadi lebih efisien. Mekanisme reward dan punishment untuk karyawan pun bisa dilakukan karena sekarang sudah jelas ukuran apakah seseorang bekerja dengan “baik” ataupun “buruk”. Disebut baik apabila semua job desc harian, periodic, dan incidental berikut target kinerja berdasarkan jabatan dilakukn dengan baik. Disebut buruk kalau job desc yang selesai hanya 70% dari yang harusnya dilaksanakan.


4. Buatlah sistem pelaporan dan standar kerja yang jelas, bisa tercapai, dan memudahkan. Struktur bagus, jobdesk lengkap akan percuma kalau tidak ada sistem pelaporan yang baik. Sistem pelaporan intinya adalah setiap jabatan harus melaporkan apa saja yang sudah dilakukannya hari ini, minggu ini, ataupun bulan ini.


Contoh, marketing, laporannya adalah hari ini sudah kemana saja, ketemu siapa saja, nomer/kontak orang tersebut, dan keterangan apa yg dibicarakan/dilakukan. Beri target dia untuk mengunjungi 3 tempat misalnya. Agan bisa cek apakah dia bohong dengan random call ke kontak2 yang ia tulis dilaporan.


source: http://goo.gl/UOgHdi

Monday 16 December 2013

8 Strategi Sukses Berbisnis Lewat Branding


Banyak dari kita khusus nya UKM muda yang sudah mulai memikirkan sebuah Bisnis / Usaha. Apapun bisnis nya, baik itu bisnis jual Produk atau Jasa.

Sebagian dari pembisnis kita SUKSES dan sebagian lagi GAGAL ! Mengapa ?

Produk atau Jasa yang bisa sukses dengan penjualan nya adalah Produk/Jasa yang benar benar memberikan nilai manfaat lebih bagi pelanggan, bukan sekedar menjual saja!


Cek Nilai Manfaat Produk / Jasa Anda Lalu Lakukan Branding


Banyak sebagian dari kita menyepelehkan aktifitas branding, tepatnya malas untuk memikirkan cara agar pelayanan yang kita rancang lebih berkesan di mata pelanggan.

Disini saya ingin berbagi pentingnya sebuah Brand Image yang di tanamkan pada perusahaan khususnya para UKM muda di indonesia. Branding Image Perusahaan yang positif akan menghasilkan persepsi yang positif bagi brand anda.


8 Strategi Sukses Berbisnis Lewat Branding ( no repost, hasil pemikiran dan pengalaman pribadi  ) :

1. Nama Usaha/Bisnis yang Simple akan Mudah di Ingat Pelanggan.
di mulai dari nama Usaha/Bisnis anda, terlihat sepeleh tapi ini penting karena banyak nama usaha yang begitu susahnya bahkan ribet untuk di baca, akan susah sekali untuk di ingat pelanggan. cek nama-nama brand yang terkenal, 90% dari mereka menggunakan nama bisnis yang simple/sederhana.
jika anda sudah mempunyai nama usaha tapi di rasa kurang pas? nggak masalah.. tapi anda harus lebih bekerja keras dalam melakukan kegiatan branding.

2. Lakukan Branding Dengan Rancangan Desain Promosi yang Tidak Biasa
desain logo penting sekali, dimana sebuah logo usaha/bisnis menjadi cermin bagi pribadi yang menjalankan nya. buatlah logo yang mempunyai energi positif apapun filosofisnya, sehingga anda akan mendapatkan kesan yang positif dari pelanggan.

3. Narsis Dengan Brand Sendiri Kenapa Nggak?
Branding nama usaha anda ke Stationary dan Media Promosi. branding nama perusahaan anda di kartu nama, brosur, poster, tempat usaha anda, kantor anda, dan media online yang anda buat, website / social media. berhenti bangga menggunakan produk-produk luar khususnya! kita harus narsis dengan brand kita sendiri, setuju?

4. Lakukan Soft Campaign / Kampanye Lunak yang Meng-edukasi Pelanggan
ini penting, anda bisa memulai nya dari kategori produk yang anda jual. misalnya anda menjual produk makanan? buatlah artikel-artikel menarik dan bermanfaat seputar dunia kuliner, share keunikan dunia kuliner di negara-negara lain. ini akan menambah nilai edukasi bagi pelanggan anda dan tentunya akan menambah citra yang baik bagi brand anda. anda juga dapat memanfaatkan sosial media video seperti youtube yang sekarang sedang trend untuk melakukan kampanye.

5. Website dan Sosial media kurang mendongkrak penjualan! kata siapa?
setiap orang mampu membayar orang untuk membuat sebuah website dan bisa dengan gratis membuat social media, tapi apakah anda benar-benar melakukan aktifitas branding di media online anda? lakukan aktifitas branding / soft campaign dan sinkronasikan antara media web anda dan socmed anda, anda akan melihat hasilnya.

6. Ciptakan Strategi Marketing yang Kreatif?
buatlah strategi marketing yang lebih kreatif, unik dan tidak biasa, anda bahkan bisa melakukan promosi dengan murah dengan cara branding, bagaimana bisa? branding adalah suatu kegiatan dimana anda menciptakan sebuah persepsi terhadap brand anda, dengan smart dan tepat! bukan melakukan promosi yang salah dan menghabiskan banyak dana kampanye promosi (think again)

7. Buatlah Pengalaman yang Berkesan Terhadap Pelanggan.
pelayanan/services yang baik akan menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi pelanggan. ajaklah pelanggan anda untuk bertukar pengalaman yang menyenangkan seputar bidang usaha anda. ini sangat membantu untuk menciptakan brand yang positif terhadap perusahaan anda.

8. Anda Ingin Orang Memandang Perusahaan Anda Seperti Apa, Anda Yang Tentukan!
pernah mendengar sebuah perusahaan bangkrut, lalu bangkit lagi? apa yang mereka lakukan? mereka membuat "Persepsi" dari (nol) lagi, yaitu menciptakan cara pandang terhadap brand/produk mereka!
membuat persepsi adalah kewajiban anda, buatlah persepsi yang baik untuk pelanggan terhadap brand anda. bukan sekedar sensasional, tapi tentu ada perspesi dengan nilai yang positif

source: